TUGAS 13



Mobile Learning





Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, banyak aplikasi teknologi yang telah dikembangkan. Perkembangan teknologi juga melahirkan sebuah konsep pembelajaran baru yaitu mobile learning atau mLearning.  mLearning adalah pembelajaran yang  menggunakan telepon bimbit atau PDA sebagai sarana untuk melakukan pembelajaran. Dengan adanya mLearning, seseorang boleh melakukan pembelajaran pada waktu dan tempat yang lebih fleksibel.

A. Konsep Dasar Pembelajaran Mobile Learning

Mobile Learning merupakan model pembelajaran yang dilakukan antar tempat atau lingkungan dengan menggunakan teknologi yang mudah dibawa pada saat pembelajar berada pada kondisi mobile/ponsel. Dengan berbagai potensi dan kelebihan yang dimilikinya, Mobile Learning diharapkan akan dapat menjadi sumber belajar alternatif yang  dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses dan hasil belajar peserta didik di Indonesia di masa datang. Program mobile learning yang dimaksud dalam tulisan ini adalah program media pembelajaran berbasis ponsel/HP/mobile yang terdapat pada situs m-edukasi.net, bjgp-rizal.com.mLearning adalah pembelajaran yang unik karena pembelajar dapat mengakses materi pembelajaran, arahan dan aplikasi yang berkaitan dengan pembelajaran, kapan-pun dan dimana-pun. Hal ini akan meningkatkan perhatian pada materi pembelajaran, membuat

B. Pengertian, Kelebihan, dan Kekurangan m-learning

Inovasi demi inovasi seakan tak pernah berhenti tercipta dalam dunia pendidikan. Pesatnya perkembangan dunia telekomunikasi dan informasi adalah pemicu utamanya. Setelah populer dengan PC dan laptop, kini media pembelajaran semakin unik dan semakin simpel saja. Namun, simpel bukan berarti kurang efektif. Semuanya tergantung bagaimana Anda menggunakannya. Setelah e-learning, beberapa tahun terakhir ini muncul lagi istilah m-learning. Apa pengertian, kelebihan, dan kekurangan m-learning?

Huruf "m" pada "m-learning" merupakan inisial dari kata "mobile". Media ini memanfaatkan alat telekomunikasi berupa gadget atau handphone dalam penggunaannya. Mengacu kepada pengertian e-learning, yaitu pemanfaatan media eletronik dalam pembelajaran, maka saya lebih cenderung mengatakan m-learning sebagai bagian dari e-learning karena m-learning masih menggunakan perangkat eletronik sebagai alat bantu pembelajaran.

m-learning adalah suatu model atau metode pembelajaran yang memanfaatkan media "mobile" atau handphone sebagai alat bantunya. Metode belajar ini terfokus kepada mobilitas pelajar dan interaksi dengan teknologi portable. Pada umumnya, m-learning dijalankan dengan menggunakan smartphone atau handphone yang setidak-tidaknya mendukung Wi-Fi atau mempunyai fasilitas internet. Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk menjalankan pembelajaran jenis ini. Diantaranya menggunakan:
  1. Pesan singkat dan Cell-Casting/PodCasting
  2. Social media (Facebook, dll)
  3. E-mail
  4. Wi-Fi (localhost/local area)
  5. Internet
  6. LMS versi mobile
  7. MP3
  8. Video
  9. Game/Simulasi
C. Kelebihan
  1. Perangkat yang digunakan lebih simple dengan ukuran yang mobile
  2. Fleksibel
  3. Efektif (dapat diakses kapanpun dan dimanapun)
Tantangan
  1. Konektivitas dan baterai yang terbatas
  2. Ukuran layar yang lebih kecil
  3. Penyimpanan materi pembelajaran yang terbatas (tergantung dari kapasitas penyimpanan masing-masing gadget)
  4. Belum ada standar resmi
  5. Tidak mendukung pembukaan halaman ganda (multi-tab)
Perkembangan dalam bidang teknologi telah mengubah cara manusia belajar, (Naismith, Lonsdale, Vavoula, & Sharples, 2004; Ting, 2007).  Proses pembelajaran kini melampaui ruang kelas (Kukulska-Hulme & Traxler, 2005)  bersifat globalisasi dan sepanjang hayat (longlife education) (Sharples, 2000).  Pada masa kini banyak  penyelidik dalam bidang  akademik dan industri mula mencoba potensi teknologi dan peralatan mobile untuk  mendukung pembelajaran (Sharples, 2000; Sharples, 2002; Liu, Wang, Chan, Ko, & Yang, 2003). Penelitian terdahulu  lalu telah menunjukkan teknologi mobile dapat memberikan pengaruh yang signifikan dalam mendukung  pengajaran dan pembelajaran (Perry, 2003; Zurita & Nussbaum, 2004).  Sementara itu Wood (2003) pula berpendapat penggunaan teknologi wireless dalam pendidikan dapat menyumbang ke arah menyelesaikan jurang digital dalam kalangan Negara-negara berkembang , karena  pada  umumnya peralatan teknologi seperti handphone, iPad, PDA adalah lebih murah berbanding komputer desktop.
Projek-projek mlearning  di Eropah seperti “Projek Leonardo da Vinci” dan “IST FP5″ di Eropah (Keegan, 2005), projek UniWap (Sariola, Sampson, Vuorinen &Kynaslahti, 2001) menunjukkan M-learning menjadi semakin penting dalam dunia pendidikan. Pembelajaran Mobile atau mobile learning merupakan satu langkah ke hadapan dalam perkembangan pembelajaran elektronik (eLeaming) (Fagerberg, Rekkedal, & Russell, 2002). Dengan penghasilan alat komunikasi mudah alih, pakar pendidikan coba mengambil inisiatif untuk mengaplikasikan penggunaan alat tersebut dalam pengajaran dan pembelajaran.

Beberapa penyelidik m-learning  mengatakan bahwa peralatan mobile membolehkan pelajar berbagi informasi, menyelaraskan tugas-tugas mereka secara lebih luas dan berfungsi dengan lebih berkesan dalam situasi yang memerlukan kerjasama antara anggota (Chien, 1997; Coil, 1998; Nulden, 1999,2000; Jimenez et al., 2003; Sharples, 2000a; Sharples et al., 2000b).

Berbagai pandangan telah dikemukakan tentang definisi mLearning. Diantaranya mengatakan bahwa mLearning merupakan pendekatan pengajaran dan pembelajaran yang dikenali sebagai pembelajaran melalui peralatan komputer (Quinn, 2000), kandungan pengajaran berasaskan jaringan (Malinen, Kari, & Tiusanen, 2003), jaringan-pembelajaran tanpa layar (wireless network-learning) (Boerner,2002) atau kurikulum berasaskan teknologi (Anderson, 2002; Milrad, 2002). Dalam laporan penyelidikan berjudul  A Glance at the Future, (Mobile Education, 2003) definisi mlearning  adalah seperti berikut:

mLearning is learning that can take place anytime, anywhere with the help of a mobile computer device. The device must be capable of presenting learning content and providing wireless two-way communication between teacherts) and studenus). Typically, an educational organization administrates both the course content and the communication services.

Pendapat yang sama dinyatakan oleh Chabra dan Figueiredo (2002) serta Harris (2001) yang mengatakan mLearning  ialah kemampuan menerima pembelajaran pada setiap waktu, di mana-mana juga, dan dengan apa-apa peralatan sekalipun. Lehner, Nosekabel dan Lehmann (2001) berpandangan terdapat dua kekuatan dengan mLearning ini  “anytime, anywhere learning and teaching while doing.”

Definisi yang dibincangkan di atas menunjukkan bahwa m-Learning adalah satu bentuk pembelajaran yang menggunakan teknologi mudah alih atau di tempat di mana infrastrukturnya membolehkan penggunaan teknologi tanpa-kabel  serta memfokus kepada penghantaran kandungan pembelajaran melalui peralatan elektronik mudah alih (Saedah Siraj, 2002, 2004).Pembelajaran Mobile adalah satu bentuk pembelajaran yang tidak terikat kepada tempat dan masa. Peralatan teknologi mudah alih yang berukuran lebih kecil seperti PDA (Personal Digital Assistant), Compaq iPaq, laptop, wireless screenphone HS21O. smart phone R380 dan sebagainya digunakan sebagai alat pengajaran dan pembelajaran bagi menyampaikan dan mendapatkan informasi.
.
Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke –20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.

Jenis-jenis pendidikan jarak jauh, yaitu:
1. Korespondensi
2. Saluran internet
3. Telecourse/broadcast
4. CD Rom
5. PC/M- Learning

M- Learning, sebagai jenis pendidikan jarak jauh sangatlah releven untuk pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Atwi Suparman (1996) mengemukakan bahwa Indonesia adalah negara kepulauan dengan penduduk sekitar 180 juta jiwa pada tahun 1992. Dalam hal jumlah penduduk, Indonesia adalah negara kelima terbesar di dunia. Keadaan geografis Indonesia yang sangat luas dan terdiri atas lebih dari 13.000 pulau, menyulitkan transportasi dan komunikasi. Hal ini telah mendorong penggunaan pendekatan sistem pendidikan jarak jauh di samping pendidikan biasa. Sudirjo (1989, dalam Suparman, 1996) menambahkan faktor-faktor lain yang mendorong penggunaan sistem pendidikan jarak jauh, yaitu: distribusi penduduk yang tidak merata, kemampuan sosial ekonomi penduduk yang rendah, dan keterbatasan kemampuan keuangan pemerintah. Tilaar (1999) mengemukakan berbagai faktor yang menunjang, seperti amanat untuk mencerdaskan bangsa yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, keterbatasan sumber daya dan dana untuk membangun fasilitas pendidikan tatap muka, akselerasi pembangunan yang menuntut pemerataan pendidikan, kemajuan teknologi komunikasi, dan kebutuhan akan kesempatan pendidikan tinggi yang lebih luas, dan adanya faktor pemacu seperti falsafah pendidikan seumur hidup, pendidikan untuk semua, dan perkembangan teknologi pendidikan.

Pernah suatu kali ada sebuah iklan merek HP tertentu yang kurang lebih menceritakan seseorang yang pulang kemalaman dan ketinggalan bis. Tapi orang tersebut terlihat tidak terlalu risau dan sesaat kemudian mengeluarkan HP, memasang headset, memutar lagu dari HP tersebut dan pulang berjalan kaki sambil bersiul-siul dengan gembira. “I enjoy missing the last bus home…” dendangnya.. (terjemahannya: biarin aja ketinggalan bis, gue masih bisa jalan kaki sambil menikmati musik dari HP gue!).Bayangkan jika situasinya agak lain. Seorang siswa yang biasanya rajin tiba-tiba, suatu hari, tidak dapat mengikuti sesi belajar karena sakit atau alasan penting lain. Namun, dia tidak terlalu risau. Siswa ini cukup mengambil HP, mengikuti pelajaran kelasnya melalui video streaming atau video-calling, mengunduh aplikasi pembelajaran yang telah disediakan dalam bentuk aplikasi Java, mengunduh rekaman sesi belajar dalam bentuk MP3 atau 3GP, mengikuti ulangan melalui WAP, dan aktifitas-aktifitas belajar lainnya.

Meski demikian, secara teknis, kendala-kendala di atas akan lambat laun teratasi dengan adanya penemuan-penemuan baru. Kendala keterbatasan layar misalnya, akan teratasi dengan adanya mini-projector atau kemampuan video-output ke TV atau perangkat lain, munculnya keyboard virtual, adanya baterei yang dapat diisi ulang dengan mudah (misalnya dengan baterai cair) dan banyak lagi inovasi-inovasi yang akan menjadi solusi dan jawaban dari kendala-kendala di atas. Kendala pengembangan m-learning yang sesungguhnya terletak pada sisi pedagogis.Selain itu salah satu hal yang mungkin akan menjadi perdebatan adalah apakah di lingkungan m-learning ini cukup layak untuk dilaksanakan ujian secara mobile.
Bagaimanapun, dengan kelebihan dan kekurangannya, pembelajaran dengan memanfaatkan perangkat mobile ini pasti akan tidak terhindarkan. Sudah seharusnya kita mempersiapkan diri sejak awal untuk mengantisipasi adanya gelombang baru ini sehingga nantinya kita tidak tergagap-gagap mengikuti perubahan yang semakin cepat. Para stakeholder pendidikan juga harus cepat tenggap dengan kecenderungan ini. Jangan sampai nantinya siswa-siswa dengan mudahnya mencontek melalui HP sementara gurunya bahkan tidak tahu jika semua materi pelajaran sudah dapat di akses melalui HP.

D.  Fungsi dan Manfaat Mobile Learning

Terdapat tiga fungsi Mobile Learning dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction), yaitu sebagai suplement (tambahan) yang sifatnya pilihan (opsional), pelengkap (komplemen), atau pengganti (substitusi).

a. Suplemen (tambahan)
Mobile Learning berfungsi sebagai suplement (tambahan), yaitu: peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi Mobile Learning atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi Mobile Learning. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan.

b. Komplemen (pelengkap)
Mobile Learning berfungsi sebagai komplemen (pelengkap), yaitu: materinya diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik di dalam kelas. Di sini berarti materi Mobile Learning diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement (penguatan) atau remedial bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional.

c. Substitusi (pengganti)
Beberapa perguruan tinggi di negara-negara maju memberikan beberapa alternatif model kegiatan pembelajaran kepada para peserta didik /siswanya. Tujuannya agar para peserta didik dapat secara fleksibel mengelola kegiatan perkuliahannya sesuai dengan waktu dan aktifitas sehari-hari peserta didik. Ada tiga alternative model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih peserta didik, yaitu: 1) sepenuhnya secara tatap muka (konvensional); 2) sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau 3) sepenuhnya melalui internet.

d. Peserta Didik
Dengan kegiatan Mobile Learning dimungkinkan berkembangnya fleksibilitas belajar yang tinggi. Artinya, peserta didik dapat mengaskses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang. Peserta didik juga dapat berkomunikasi dengan pendidik setiap saat. Dengan kondisi yang demikian ini, peserta didik dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran.
Manakala fasilitas infrastruktur tidak hanya tersedia di daerah perkotaan tetapi telah menjangkau daerah kecamatan dan pedesaaan, maka kegiatan Mobile Learning akan memberikan manfaat kepada peserta didik yang : 1) belajar di sekolah-sekolah kecil di daerah miskin untuk mengikuti mata pelajaran tertentu yang tidak dapat diberikan oleh sekolahnya; 2) mengikuti program pendidik dirumah (home schoolers) untuk mempelajari materi pembelajaran yang tidak dapat diajarkan oleh para orang tuanya, seperti bahasa asing dan keterampilan di bidang komputer; 3) merasa phobia dengan sekolah, atau peserta didik yang dirawat di rumah sakit maupun di rumah, yang putus sekolah tetapi berminat melanjutkan pendidikannya, maupun peserta didik yang berada di berbagai daerah atau bahkan yang berada di luar negeri; dan 4) tidak tertampung di sekolah konvensional untuk mendapatkan pendidikan.

e. Pendidik
Dengan adanya kegiatan Mobile Learning, beberapa manfaat yang diperoleh pendidik/instruktur antara lain adalah bahwa mereka dapat: 1) lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung jwabnya sesuai dengan  tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi; 2) mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan wawasannya karena waktu luang yang dimiliki relatif banyak; 3) mengontrol kegiatan belajar peserta didik, bahkan pendidik/instruktur juga dapat mengetahui kapan peserta didiknya belajar, topik apa yang dipelajari, berapa lama sesuatu topik dipelajari, serta berapa kali topik tertentu dipelajari ulang; 4) mengecek apakah peserta didik telah mengerjakan soal-soal latihan setelah mempelajari topik tertentu; 5) memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya kepda peserta didik.
Mobile Learning dapat dimanfaatkan dan dikembangkan dalam membentuk budaya belajar baru yang lebih modern, demokratis dan mendidik. Budaya belajar adalah bagian kecil dari budaya masyarakat. Budaya masyarakat diartikan sebagai keterpaduan keseluruhan objek, ide, pengetahuan, lembaga, cara mengerjakan sesuatu, kebiasaan, pola perilaku, nilai, dan sikap tiap generasi dalam suatu masyarakat yang diterima suatu generasi dari generasi pendahulunya dan diteruskan acapkali dalam bentuk yang sudah berubah kepada generasi penerusnya (Kartasasmita, 2003).

Mobile Learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan materi pelajaran. Demikian juga interaksi antara peserta didik dengan pendidik/instruktur maupun antara sesama peserta didik dapat saling berbagi informasi atau pendapat mengenai berbagi hal yang menyangkut pelajaran ataupun kebutuhan pengembangan diri peserta didik. Pendidik/instruktur dapat menempatkan bahan-bahan belajar dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik di tempat tertentu di dalam websites untuk diakses oleh para peserta didik. Sesuai dengan kebutuhan, pendidik/instruktur dapat pula memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengakses bahan belajar tertentu maupun soal-soal ujian yang hanya dapat diakses oleh peserta didik sekali saja dan dalam rentangan waktu tertentu pula.

Dari pemaparan di atas dapat kita sadari dan rasakan betapa berpotensinya penerapan m- learning terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia. Melalui m-learning pendidikan dapat dilaksanakan kapanpun dan dimanapun tanpa batasan waktu dan tempat sehingga pembelajaran dapat dilakukan secara efektif, dan efisien guna mencapai tujuan yang direncaanakan.

Cara Pembuatan Mobile Learning dengan
Menggunakan Software Wondershare PPT2DVD Pro

1. Pastikan software wondershare PPT2DVD dan Microsoft Office telah terinstal di PC anda.
2. Sebelum membuka software wondershare PPT2DVD, terlebih dulu buat materi yang akan                   dijadikan pembelajaran. Materi dibuat di Microsoft powerpoint (disarankan menggunakan Ms             Office 2007/ 2010).
3. Buat materi semenarik mungkin. Tidak perlu menggunakan efek “transision” dan“animation”.
4. Jika ingin memasukkan lagu, masukkan lagu yang berformat .mp3. Kemudian atur“audio tools”,         pilih “automatically” dan “hide during show”. Seperti tampilan di bawah ini. Ini bertujuan agar           ketika media dimainkan, musik otomatis berjalan
    tanpa perlu di klik.
5. Jika anda memasukkan video, sebaiknya masukkan video yang berformat .mpv. Kemudian atur           “audio 
    tools”, pilih “automatically”. Seperti tampilan di bawah ini.
6. Setelah materi dalam bentuk powerpoint selesai, jangan lupa men-save-nya.Tutup software                 powerpoint.
7. Buka aplikasi PPT2DVD. Di bawah ini tampilan awal PPT2DVD.



8. Klik “Create Video Files”.
9. Setelah muncul tampilan seperti di bawah ini, klik “add”.




10.  Pilih file materi powerpoint yang sebelumnya telah dibuat. Klik “open”.
 11.  Setelah muncul tampilan seperti di bawah ini, klik “next”.



12.  Pada menu settings, klik “next”.



13.  Pada menu export, klik “start”.




14.  Dimulailah proses rendering (generating file). Pada tahap ini, akan memakan waktu. 
       Semakin banyak materi yang dibuat, semakin lama proses rendering.



16.  Tunggu sampai proses rendering selesai.
17.  Setelah proses rendering selesai, akan muncul tampilan di bawah ini.



18.  Rendering setelah, berarti file yang kita buat telah selesai.
19.  Buka direktori tempat penyimpanan file. Kemudian buka filenya.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Reset Printer Epson TX110 - TX111 Menggunakan Software

BEDAH BUKU FILSAFAT PENDIDIKAN

Spesifikasi Printer Epson L565