PENGEMASAN MATERI PEMBELAJARAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Belajar adalah suatu proses yang kompleks dan terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Salah satu tanda orang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan). Dengan demikian belajar adalah proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap ( Gredler melalui Bambang Warsita 2008 : 62). Konsep belajar sebagai suatu upaya atau proses perubahan perilaku seseorang sebagai akibat interaksi peserta didik dengan berbagai sumber belajar yang ada disekitarnya.
Salah satu tempat belajar secara formal adalah sekolah. Proses belajar di sekolah dapat berlangsung dengan baik karena adanya komponen-komponen pembelajaran. Komponen itu dapat berupa kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan, sumber-sumber belajar, bangunan fisik sekolah serta sarana dan prasarana penunjang proses belajar. Sinergi antar komponen pembelajaran dapat menghasilkan proses pembelajaran yang berkualitas. Hasil yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar disebut prestasi belajar. Jika proses pembelajaran di sekolah berkualitas maka dapat dipastikan peserta didik akan menunjukan prestasi belajar yang membanggakan.
Dan jika peserta didik dan guru memanfaatkan buku sebagai sumber belajar maka itulah gambaran bagaimana kita menyajikan atau mengemas materi yang akan disampaikan agar dapat diterima oleh para pembelajar tersebut. Banyak cara bagi sang penyampai materi agar pesannya dapat diterima oleh yang menerima pesan tersebut.


B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka kami merumuskan masalah :  Bagaimana cara merumuskan pengemasan materi pembelajaran?”

C.    TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk  mengetahui tentang perumusan pengemasan materi pembelajaran sebagai salah satu konsep belajar di sekolah terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik.


D.    MANFAAT
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada para mahasiswa magister STKIP Garut, mahasiswa fakultas keguruan STKIP Garut yang ingin mendalami tentang pengaruh buku sebagai salah satu sumber belajar di sekolah terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik.











BAB. II
1.      Pengertian materi pelajaran
Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa materi pembelajaran (instructional material) adalah  pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.
Sebenarnya pengertian materi pembelajaran adalah sebuah pengetahuan, keterampilan dan juga sebuah sikap yang harusnya dimiliki oleh semua peserta didik di dalam memenuhi standart pembelajaran kompetensi yang telah di tetapkan.  Jadi dapat di simpulkan bahwa pengertian materi pembelajaran itu adalah sarana untuk dapat mencapai sebuah tujuan pembelajaran.
Pengertian Materi pelajaran ini sangat penting untuk dapat di mengerti oleh semua siswa  supaya setiap siswa dapat menerima pembelajaran sesuai dengan yang telah di tetapkan oleh guru. Maka dari itu dapat di simpulkan bahwa sebuah materi pelajaran ini sangat berpengaruh pada tingkat keberhasilan ataupun ketercapaian siswa di dalam belajar.
2.      Cara Merumuskan materi pelajaran
Seiring dengan pergeseran teori dan cara pandang dalam pembelajaran, saat ini telah terjadi pergeseran dalam perumusan tujuan pembelajaran. W. James Popham dan Eva L. Baker (2005) mengemukakan pada masa lampau guru diharuskan menuliskan tujuan pembelajarannya dalam bentuk bahan yang akan dibahas dalam pelajaran, dengan menguraikan topik-topik atau konsep-konsep yang akan dibahas selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran pada masa lalu ini tampak lebih mengutamakan pada pentingnya penguasaan bahan bagi siswa dan pada umumnya yang dikembangkan melalui pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-centered). Namun seiring dengan pergeseran teori dan cara pandang dalam pembelajaran, tujuan pembelajaran yang semula lebih memusatkan pada penguasaan bahan, selanjutnya bergeser menjadi penguasaan kemampuan siswa atau biasa dikenal dengan sebutan penguasaan kompetensi atau performansi. Dalam praktik pendidikan di Indonesia, pergeseran tujuan pembelajaran ini terasa  lebih mengemuka sejalan dengan munculnya gagasan penerapan Kurikulum  Berbasis Kompetensi.
Selanjutnya, W. James Popham dan Eva L. Baker (2005) menegaskan bahwa seorang guru profesional harus merumuskan tujuan pembelajarannya dalam bentuk perilaku siswa yang dapat diukur yaitu menunjukkan apa yang dapat dilakukan oleh siswa tersebut sesudah mengikuti pelajaran.
Berbicara tentang perilaku siswa sebagai tujuan belajar, saat ini para ahli pada umumnya sepakat untuk menggunakan pemikiran dari Bloom (Gulo, 2005) sebagai tujuan pembelajaran. Bloom mengklasifikasikan perilaku individu ke dalam tiga ranah atau kawasan, yaitu: (1) kawasan kognitif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar, di dakamnya mencakup: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), penguraian (analysis), memadukan (synthesis), dan penilaian (evaluation); (2) kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, di dalamnya mencakup: penerimaan (receiving/attending), sambutan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organization), dan karakterisasi (characterization); dan (3) kawasan psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari: kesiapan (set), peniruan (imitation, membiasakan (habitual), menyesuaikan (adaptation) dan  menciptakan (origination). Taksonomi ini merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk mengevaluasi mutu dan efektivitas pembelajarannya.
Dalam sebuah perencanaan pembelajaran tertulis (written plan/RPP), untuk merumuskan tujuan pembelajaran tidak dapat dilakukan secara sembarangan, tetapi harus memenuhi beberapa kaidah atau kriteria tertentu. W. James Popham dan Eva L. Baker (2005)  menyarankan dua kriteria yang harus dipenuhi dalam memilih tujuan pembelajaran, yaitu: (1) preferensi nilai guru yaitu cara pandang dan keyakinan guru mengenai apa yang penting dan seharusnya diajarkan kepada siswa serta bagaimana cara membelajarkannya; dan (2)  analisis taksonomi perilaku sebagaimana dikemukakan oleh Bloom di atas. Dengan menganalisis taksonomi perilaku ini, guru akan dapat menentukan dan menitikberatkan bentuk dan jenis pembelajaran yang akan dikembangkan, apakah seorang guru hendak menitikberatkan pada pembelajaran kognitif, afektif ataukah psikomotor.
Menurut Oemar Hamalik (2005) bahwa komponen-komponen yang harus terkandung dalam tujuan pembelajaran, yaitu (1) perilaku terminal, (2) kondisi-kondisi dan (3) standar ukuran. Hal senada dikemukakan Mager (Hamzah B. Uno, 2008) bahwa tujuan pembelajaran sebaiknya mencakup tiga komponen utama, yaitu: (1) menyatakan apa yang seharusnya dapat dikerjakan siswa selama belajar dan kemampuan apa yang harus dikuasainya pada akhir pelajaran; (2) perlu dinyatakan kondisi dan hambatan yang ada pada saat mendemonstrasikan perilaku tersebut; dan (3) perlu ada petunjuk yang jelas tentang standar penampilan minimum yang dapat diterima.
Berkenaan dengan perumusan tujuan performansi, Dick dan Carey (Hamzah Uno, 2008) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran terdiri atas: (1) tujuan harus menguraikan apa yang akan dapat dikerjakan atau diperbuat oleh anak didik; (2) menyebutkan tujuan, memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi syarat yang hadir pada  waktu anak didik berbuat; dan (3) menyebutkan kriteria  yang digunakan untuk menilai unjuk perbuatan anak didik yang dimaksudkan pada tujuan
Telah dikemukakan di atas bahwa tujuan pembelajaran harus dirumuskan secara jelas. Dalam hal ini Hamzah B. Uno (2008) menekankan pentingnya penguasaan guru tentang tata bahasa, karena dari rumusan tujuan pembelajaran itulah dapat tergambarkan konsep dan proses berfikir guru yang bersangkutan dalam menuangkan idenya tentang pembelajaran.
Pada bagian lain, Hamzah B. Uno (2008) mengemukakan tentang teknis penyusunan tujuan pembelajaran dalam format ABCD.  A=Audience (petatar, siswa, mahasiswa, murid  dan sasaran didik lainnya), B=Behavior (perilaku yang dapat diamati sebagai hasil belajar), C=Condition (persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang diharapkan dapat tercapai, dan D=Degree (tingkat penampilan yang dapat diterima)
3.      Jenis-jenis materi Pelajaran
Pada umumnya sebuah materi pembelajaran ini telah di bagi menjadi tiga jenis yakni Alat, informasi dan juga sebuah teks atau program yang di perlukan oleh para guru untuk melakukan sebuah perencanaan belajar. Sebuah alat yang dipergunakan oleh guru untuk menerapkan sebuah pembelajaran yang baik dan mudah di mengerti para siswanya. Yang terakhir adalah sebuah perangkat substansi dari pembelajaran yang dapat di susun dengan sistematis di dalam proses pembelajaran.
Berikut  jenis materi pelajaran yang secara umum di pergunakan oleh para guru:
     Fakta adalah segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama objek, peristiwa, lambang, nama tempat, nama orang dan lain sebagainya. Contoh: mulut, paru-paru
     Konsep adalah segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, cirri khusus, hakikat, inti/isi dan sebagainya. Contoh: Hutan hujan tropis di Indonesia sebagai sumber plasma nutfah, Usaha-usaha pelestarian keanekargaman hayati Indonesia secara in-situ dan ex-situ, dsb.
     Prinsip adalah berupa hal-hal pokok dan memiliki posisi terpenting meliputi dalil, rumus, paradigm, teori serta hubungan antar konsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat. Contoh: hukum Handy-Weinberg
     Prosedur merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam melakukan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem. Contoh: langkah-langkah dalam menggunakan metode ilmiah yaitu merumuskan masalah, observasi, hipotesis, melakukan eksperimen dan menarik kesimpulan.
     Sikap atau nilai merupakan hasil belajar aspek sikap.
Contoh: Pemanfaatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan, yaitu pengertian lingkungan, komponen ekosistem, lingkungan hidup sebagai sumberdaya, pembangunan berkelanjutan
4.      Prinsip Penentuan materi pelajaran
-          Relevansi (Kesesuian)
-          Konsistensi (Keajegan)
-          Adquency (kecukupan)

5.      CAKUPAN MATERI PEMBELAJARAN
Aspek kognitif, aspek afektif atau aspek psikomotor,
Keluasan materi dipelajari oleh peserta didik.
Kecakupan atau memadainya cakupan materi

6.      Pengemasan materi pelajaran
Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau pengepakan, dan merupakan salah satu pengawetan. Dalam dunia pendidikan pengemasan berarti menyiapkan / merumuskan , menyiapkan bentuk penyajian materi pelajaran yang sesuai dengan fase perkembangan peserta didik, agar efektif dan efisien dalam penyampaian materi pembelajaran.
7.      Prinsip pengemasan
Pesan bisa disampaikan melalui bahasa verbal atau nonverbal. Pesan yang disampaikan perlu dipahami oleh siswa, sebab manakala tidak dipahami maka pesan tidak akan menjadi informasi yang bermakna. Adakalanya suatu pesan tidak diterima oleh penerima pesan (siswa) atau tidak sesuai dengan maksud pengirim pesan (guru).
8.      Kriteria Bahan Pelajaran bermakna
Novelty, artinya suatu pesan akan bermakna apabila bersifat baru atau mutakhir.
Proximity, artinya pesan yang disampaikan harus sesuai dengan pengalaman siswa.
Conflict, artinya pesan yang disajikan sebaiknya dikemas sedemikian rupa sehingga menggugah emosi.
humor, artinya pesan yang disampaikan sebaiknya dikemas sehingga menampilkan kesan lucu.
9.       Pertimbangan teknik dalam pengemasan
Beberapa pertimbangan teknis dalam mengemas isi atau materi pelajaran menjadi bahanbelajar diantaranya:
a.  Kesesuaian dengan tujuan yang harus dicapai
Kesesuaian antara pengemasan bahan pelajaran dengan tujuan yang harus dicapai, seperti yang dirumuskan dalam kurikulum secara teknis harus menjadi pertimbangan pertema, sebab dalam pendekatan sistem tujuan adalah komponen yang utama dalam proses pembelajaran. Artinya apapun yang direncanakan termasuk pengemasan materi pelajaran diarahkan untuk mencapai tujuan hpembelajaran secara optomal. Oleh sebab itu , sebelum dilakukan pengemasan materi pelajaran sebaiknya tentukan tujuan yang harus dicapai baik tujuan dalam bentuk perubahan perilaku yang bersifat umum (goals)maupun perilaku terukur dalam bentuk indikator hasil belajar (objectives)
b.    Kesederhanaan
Bahan pelajaran dikemas dengan tujuan untuk memudahkan siswa belajar. Dengan demikian, kesederhanaan merupakan salah satu pertimbangan yang harus diperhatikan. Pengemasan tersebut bukan hanya tercerminkan dari bentuk pengemasannya iru sendiri, akan tetapi juga dilihat dari bentuk penyajiannya, misalnya dari bentuk analog yang tidak menggunakan kalimat majemuk, bahasa yang komunikatif dan mudah ditangkap maknanya atau mungkin kesederhanaan dalam perintah penggunaan bahan ajar yang lebih praktis.
c.  Unsur –unsur desain pesan
Dalam setiap kemasan sebaiknya terdapat unsur gambar dan caption. Pengemasan materi yang hanya terdiri atas gambar dan caption saja akan akan mengurangi makna penyajian informasi. Walaupun bahan pelajaran dikemas dalam bentuk visual misalnya, unsur caption harus menjadi bagian dari teknik penyajian, sebab salah satu kriteria pengemasan aadalah apadah pengemasan pesan atau informasi yang disajikan itu mudah dipahami atau tidak. Agar mudah dipahami maka penyajian pesan dan informasi harus menyertakan unsur gambar dan caption.


d.  Pengorganisasian bahan
Bahan pelajaran sebaiknya disusun dalam bagian-bagian menuju keseluruhan. Bahan pelajaran akan lebih mudah dipahami manakal disusun dalam bentuk unit-unit kecil atau dalam bentuk pokok-pokok bahasan yang dikemas secara induktif. Selesai siswa mempelajari unit tertentu segera berikan umpan balik, demikian seterusnya sampai siswa menguasai materi secara keseluruhan (mastery).
e.  Petunjuk cara penggunaan
Dalam bentuka apapun pengemasan materi harus disusun petunjuk cara penggunaannya. Hal ini sangat penting, apalagi seandainya bahan ajar dikemas untuk pembelajaran mandiri seperti modul , pengajaran berprograma (program teaching) atau mungkin CD interaktif dan pembelajaran melalui kaset.

10.  Bentuk Pengemasan
Bentuk pengemasan Anderson (1976) dalam Pandji (2006) mengelompokan sebagai berikut
1.      Audio
Pita Audio (rol atau kaset)
Piringan Audio
Radio (Rekaman siaran)
2.      Cetak
  Buku teks terprogram
  Buku pegangan manual
  Buku tugas
3.      Audio Cetak
         Buku latihan dilengkapi kaset
         Gambar/poster (dilengkapi audio)
4.      Proyek visual diam
Film bingkai (slide)
Film rangkai (berisi pesan verbal)
5.      Proyek visual diam dengan audio
Film bingkai / slide dengan suara
Film rangkai suara
6.      Visual gerak
Film bisu dengan judul (CAPTION)
7.      Visual gerak dengan audio
Film suara
Vidio/VCD/DVD
8.      Benda
Benda nyata
Model tiruan (MOCK UP)
9.      Komputer
Media berbasisi komputer, CAI (Computer Assited  Intrucsional) & CMI (Computer Managed Instrucsional)







BAB III
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Materi   Pelajaran   pada   hakekatnya   merupakan   bagian   tak   terpisahkan   dariSilabus,   yakni   perencanaan,   prediksi   dan   proyeksi   tentang   apa   yang   akan dilakukan pada saat Kegiatan Pembelajaran.Jenis-jenis Materi Pelajaran dapat diklasifikasi sebagai berikut: Fakta, Konsep,Prinsip, Prosedur, dan Sikap atau Nilai.  Prinsip-Prinsip Pengembangan Materi:Prinsip-prinsip yang dijadikan dasar dalam menentukan Materi Pelajaran adalahkesesuaian   (relevansi),   keajegan   (konsistensi),   dan   kecukupan   (adequacy).Langkah-langkah penentuan Materi Pelajaran: identifikasi standar kompetensi dankompetensi dasar,  identifikasi jenis-jenis Materi Pelajaran,  penentuan cakupanMateri Pelajaran, urutan  materi  pembelajaran. Analisis   Materi   Pelajaran   adalah   kegiatan   pemilihan   materi   esensial   dari keselulruhan materi suatu pelajaran yang merupakan materi pelajaran minimalyang harus dikuasai dan dimiliki dalam proses pelajarannya. Tujuan   pembelajaran   membantu   dalam   mendesain   sistem   pembelajaran.Artinya,   dengan   tujuan  yang   jelas   dapat  membantu   guru  dalam   menentukanmateri pelajaran.Evaluasi pembelajaran itu terdapat evaluasimasukan pembelajaran menekankanpada evaluasi karakteristik peserta didik, kelengkapan dan keadaan sarana dan prasarana pembelajaran, karakteristik dan kesiapan tutor, kurikulum dan Materi Pelajaran.
Salah satu cara dalam penyampaian materi pelajaran adalah diperlukannya sebuah pengemasan. Dalam dunia pendidikan pengemasan berarti menyiapkan / merumuskan , menyiapkan bentuk penyajian materi pelajaran yang sesuai dengan fase perkembangan peserta didik, agar efektif dan efisien dalam penyampaian materi pembelajaran.
2. Saran
Setelah mengetahui pengertian materi pelajaran dan pengemasan pelajaran , pembaca sebagai calon guru atau bahkan yang sudah menjadi guru dapat menerapkan hal-hal yang telah dijelaskan di atas dengan tepat. Hal ini bertujuan agar tercapainya tujuan pendidikan yang telah direncanakan dalam recana pembelajaran.




















DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad. 2003. Pendidikan untuk Pembangunan Nasional. Bandumg: Grasindo.
Hasan, Said Hamid. 2005. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Imperial Bhakti Utama.
Prayitno. 2002. Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Bandung: Grasindo.
Sukmadinata, Nana Saodih. 2007. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wayan, I. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) . Jakarta: BP. Cipta Jaya.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Spesifikasi Printer Epson L565

Cara Mudah Membuat Aplikasi Pembelajaran Berbasis Android dari Microsoft Powerpoint

BEDAH BUKU FILSAFAT PENDIDIKAN